Minggu, 22 Maret 2015

Siapa yang menabur dia bakal menuai

Sebenarnya ceritanya sudah agak lama yaitu ketika aku masih bekerja di Apotek. ketika aku awal lulus dan pekerjaan untuk farmasi di kota kecil masih sangat sedikit dan mau tak mau aku pun menjadi Aping di sebuah apotek di kota kecil. APA dari apotek tersebut adalah seorang ketua IAI dan aku pun mendapatkan banyak ilmu di sana. Seperti pada umumnya anak yang kerja baru walaupun jabatannya adalah "Aping" tapi notabene lebih rendah daripada seorang pesuruh yang lulusan SMA. Di apotek itu ada 5 orang. 1 orang AA, 2 orang Aping dan 2 orang lagi lulusan SMA. Backgroundku adalah Farmasi Industri dan seperti lulusan freshgraduated lainnya , harus aku akui aku belum siap kerja. Aku masih hak hok atau mau bahasa kasarnya adalah aku goblok. Gak dong sana sini dan yang lulusan SMA lebih pandai dibandingkan dengan aku. Untuk seperti itu sebenarnya aku sudah tahu triknya yaitu merendah dan aku pun berusaha merendah dan mengalah di depan mereka. Dan seperti biasa, namanya politik kantor Bully pun terjadi. Intinya sih sebetulnya hal sepele, dan seperti manusia pada umumnya "IRI". yah iri gaji, iri kerjaan dan lain - lain. Yang SMA iru sama yang Aping, padahal to gajinya gak banyak selisih hanya 50 ribu. Ada satu orang dedengkotnya, sebut saja mbak ndut. Nah beliau itu bisa dikatakan orang kepercayaan bos besar atau PSA. Awalnya yang dibully adalah Aping 1. Mbk Ndut melakukan manuver politik sampai si aping 1 dibuat gak betah dan keluar. Dan berikutnya adalah aku. Kadang kalau ingat sih lucu pengen tertawa. jadi tuh beliau ngomong ke aku supaya aku ngomong ke Bapak (APA) buat bagi gaji sama rata ( lah kok yo lucu masak aku yang disuruh ngomong) aku bilang aja gak berani lah. Manuver berikutnya minta aku masuk malam. Memang sama Bapak aku dikasih keringanan yaitu aku masuk pagi karena rumahku jauh, melewati banyak persawahan dan sepi dan banyak orang yang dibajok dan dijambret sehingga sama bapak aku dimasukkan pagi. selain itu, ngajakin tukaran jadwal dimana dia minta pagi dan aku malam. Aku mau tapi ternyata pas besoknya dia gak masuk di jadwal pagi dan akhirnya apotek kocar kacir dan aku kena marah Bapak. Hal itu tetap berlanjut, pernah aku sampai memacu motor 150 km/jam dan hampir tertabrak truk gara-gara dia seenaknya mengganti jadwal. Sampai akhirnya aku resign. Pas aku resign rasanya stres banget, tapi ternyata benar, Tuhan memberikan kado yang terindah di sana. Gara - gara jadi pengangguran aku akhirnya melamar jadi guru dan aku menemukan duniaku di sana. Masalah gaji? hehehehe lebih tinggian dikit lah daripada di Apotek. Dua tahun berlalu, aku kadang masih sering mampir ke Apotek. Ketika kemarin aku mampir dan ketemu sama tetangga apotek yang dulu muridku aku dapat cerita baru. Ternyata mbak ndut dah keluar dari Apotek dan yang kudngar dia kena politik kantor. Dan lucunya konon katanya yang menikam dari belakang adalah sahabatnya dan tangan kanannya sendiri. Dan memang benar bahwa oraang nandur mesti ngundoh dan kita tidak tahu itu kapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar